Keberlanjutan politik alternatif sebagai wacana?
Pada 18 Januari, manifesto “Manifesto Politik Pemilihan Umum 2024” dari Arah Juang (2023) menyerukan kelas pekerja, buruh dan rakyat dalam bahasanya, Indonesia untuk membangun kekuatan politik alternatif berdasarkan 15 poin Program demokratisasi dan kesejahteraan. Manifesto ini mengkritisi oligarki dan kelas berkuasa yang selalu mengambil posisi bertentangan dengan buruh dan rakyat, tetapi kerap memanfaatkan momentum pemilu seakan menunjukkan simpati mereka pada kebutuhan keseharian rakyat. Manifesto ini juga mencatat bahwa upaya politik alternatif masih terhambat dan mengkritik kepengurusan elite Partai Buruh yang dekat dengan kekuasaan secara historis.
Teks Manifesto tersebut juga menyoroti kehadiran ‘Sayap Kiri Partai Buruh’, Komite Politik Nasional - Partai Buruh (Kompol), yang menolak tiga Capres dan koalisi partai pendukung Omnibus Law. Namun, pada peninjauan terhadap apa yang ingin disampaikannya, manifesto itu masih terjebak dalam deklarasi-deklarasi yang mereka sendiri katakan harus dihindarkan. Pengambilan posisi yang menyudutkan praktik Partai Buruh berat bertumpu pada parsialitas pertimbangan sebagai kesimpulan analisis. Dan, juga menekankan terkait perlunya persatuan gerakan rakyat berlandaskan pada Program-Program Demokratisasi dan Kesejahteraan ini, tetapi hanya menegaskan poin-poin tuntutan normatif yang tidak berbicara soal bagaimana membangun kekuatan politik alternatif itu hari ini.
Pada permasalahan yang menghalangi penyimpulan praktik Partai Buruh untuk dapat disebut upaya alternatif, teks itu menyalahkan kehadiran “elite Partai” yang tidak dapat dipercaya. Namun, sebagai kenyataan yang tidak dihindarkan, justru penekanan untuk menilai dapat tidaknya perjuangan melalui Partai Buruh semestinya dilihat secara langsung pada praktik internal Partai, dalam hal ini yang dilakukan oleh Kompol. Tulisan ini berupaya mengkritik isi manifesto dan berencana memberikan analisis yang lebih jelas terkait penempatan praktik Partai Buruh hari ini sebagai upaya praktik politik alternatif secara keseluruhan atau tidak; dengan menyoroti pembangunan Kompol dan kelangsungan praktiknya untuk mendorong program perjuangan kelas secara internal, dengan meninjau pergerakan historis perjuangan kelas di abad-21 ini, serta situasi kesadaran kelas yang sedang berkembang.
Historisitas kelompok-kelompok pendorong perjuangan kelas abad-21
Untuk memperkuat argumen, klarifikasi tentang sejarah politik di Indonesia perlu dilakukan terlebih dahulu. Sejarah ini harus dianalisis dengan jelas, fokus pada kelompok-kelompok dengan perspektif kelas. Pembahasan harus memposisikan kondisi saat ini dan menyoroti kelemahan manifesto yang tidak mendukung praktik politik alternatif.
Contohnya, pada diskusi online di tahun 2019, eks-ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD), Budiman Sudjatmiko, mengkritik pandangan seorang filsuf, Martin Suryajaya. Kritik Budiman menunjukkan perubahan sikap kelompoknya sejak akhir 1990-an. Meskipun PRD mengalami perselisihan internal dan akhirnya dilebur ke dalam partai PRIMA, mereka tetap dianggap sebagai representasi perjuangan kelas pada era Reformasi. Namun, kompleksitas perpecahan ini kurang diperhatikan di luar kalangan aktivis.
Hari ini, berbagai kelompok kiri seperti IndoProgress, Arah Juang, KPBI, KASBI, dan kelompok muda progresif berkontribusi pada perkembangan perjuangan kelas. Meskipun lebih maju daripada 2014-2019, pemogokan buruh sering kali mencapai kebuntuan. Serikat buruh, seperti KSPI dan KSPSI, terlibat dalam tuntutan ekonomi kelas pekerja, tetapi juga mendekatkan diri dengan partai borjuis. Pengorganisasian serikat buruh di sektor produksi masih terhambat, dan perluasan serikat belum memberikan kemajuan signifikan. Max Lane, seorang pengamat kiri, memberikan tinjauan historis berharga. Namun, kesadaran dan keyakinan pekerja di Indonesia masih lemah, sulit mengorganisasi serikat, dan membangun poros kekuatan politik.
Dinamika kompleks ini menciptakan wacana politik alternatif saat pergantian rezim ke era Joko Widodo. Pergerakan yang disusul tidak selalu linier, melainkan terkadang memerlukan langkah mundur untuk menyesuaikan dengan dinamika kelas dan respons penguasa. Peningkatan wacana perjuangan kelas, dengan pembahasan tentang emansipasi, demokrasi, dan reforma agraria, menunjukkan kemajuan signifikan. Meskipun menghadapi rintangan, peninjauan atas kekuatan kelas dan situasi ruang geraknya perlu dilakukan secara teliti untuk mengarahkan perjuangan dengan tepat.
Meninjau kembali Subyek perubahan kekuatan: Siapa kelas pekerja Indonesia?
Apakah kelas pekerja masih dapat membawa perubahan dan mendorong kemajuan? Sejarah menunjukkan bahwa pendorong perubahan sering berasal dari luar buruh yang memicu pergerakan menuju perubahan. Multi dimensi dari penindasan struktural kapitalisme menunjukkan bahwa tenaga pendorong perubahan tidak berasal dari kekuatan buruh. Ini pertanyaan umum yang mempertanyakan peran kelas pekerja dalam melampaui kapitalisme. Tinjauan Marx dalam Kapital, terutama Jilid I, menjelaskan rinci bahwa kelas pekerja adalah satu-satunya kekuatan pendorong yang dapat menghentikan dominasi kapitalisme. Namun, situasi 'obyektif' ini hanya kenyataan internal kapitalisme yang tidak akan terjadi tanpa praksis.
Penting diperjelas tentang kelas pekerja di Indonesia karena definisi yang ada tampak kabur. Setiap orang yang terikat dalam hubungan sosial-produksi kerja-upah dianggap sebagai kelas pekerja, termasuk petani semi-proletar, pekerja pabrik, dan pekerja administrasi. Cakupan pekerjaan sangat luas karena kapitalisme secara terus-menerus melancarkan spesifikasi tugas-tugas pekerja. Urbanisasi dan proletarisasi juga terus meningkat, tetapi kelas pekerja di sektor produksi pabrik masih tidak lebih banyak dibandingkan di desa-desa dan sektor agraria. Kelas pekerja perkotaan, terutama buruh pabrik, juga kebanyakan masih kurang memahami keperluan bergabung dengan atau membentuk serikat pekerja. Juga, dalam formasi kelas pekerja perkotaan yang termasuk pekerja informal, lebih banyak jumlahnya daripada pekerja dengan ikatan formal seperti pekerja pabrik.
Regulasi yang mendukung fleksibilitas kerja dan masalah pengupahan memperumit situasi, terutama dengan adanya alih daya atau outsourcing. Hambatan regulatif membuat ruang gerak untuk meningkatkan kesadaran kelas terbatas. Penguatan kekuatan pendorong secara terus-menerus, dengan kristalisasi kader-kader melalui pendidikan politik, adalah kewajiban agar tidak mengulangi kesalahan masa lalu seperti PRD. Dan, gerakan kelas pekerja harus memperhatikan dinamika perkembangan kelas dan tingkat kesadaran, yang meliputi persoalan kepercayaan diri kelas.
Kondisi objektif kelas, keadaan hubungan sosial-produksi, proses reproduksi sosial, dan alienasi dalam produksi tidak cukup untuk menghasilkan kesadaran dan persatuan yang mendorong perlawanan secara otomatis. Kondisi kesadaran kelas pekerja begitu dipengaruhi oleh ideologi-ideologi dominan hari ini. Situasi hegemoni-ideologis yang kuat ini, tercapai ketika kelembagaan kekuasaan telah semakin mapan. Memperbaiki kesadaran kelas, terutama disini berkaitan dengan keyakinan/kepercayaan-diri anggota-anggota kelas, memerlukan pemahaman terhadap tekanan ideologi dominan dan memahami sejauh mana seruan di linimassa kelas dapat dipahami dan diikuti. Posisi ini diambil oleh Arah Juang dengan ‘Manifesto Politik Pemilihan Umum 2024’.
Slogan tidak mengubah sejauh praktik dapat mengubah
Seorang pemikir abad kesembilan belas menyatakan bahwa orang-orang berpengetahuan telah lama membuat kesimpulan tentang bagaimana hal-hal yang tampak bisa berubah. Perubahan tafsir dari waktu ke waktu adalah praktik yang mengakibatkan hal-hal yang tampak akhirnya menjadi berbeda.
Ketika menyerukan diadopsinya posisi politik yang ditegaskan manifesto, pertanyaannya adalah bagaimana analisis dilakukan terhadap situasi hari ini oleh para perumusnya dan bagaimana kondisi dinamika kelas dijelaskan dalam akhir teks tersebut. Kekeliruan analisis berasal dari kurangnya keterlibatan dalam praktik perjuangan langsung secara berkala. Kesimpulan manifesto tentu tidak se-tendensius analisis Redaksi Perserikatan Sosialis Revolusioner (2023) dalam artikel “Kolaborasi Kelas Partai Buruh, Jalan Menuju Jurang”, yang lebih merupakan tinjauan dengan memilih-milih contoh kasus dalam pembenaran klaim ‘kolaborasi kelas’.
Kondisi kelas pekerja Indonesia hari ini tidak bisa dilepaskan dari ketiadaan tradisi perjuangan kelas yang kuat dan pengalaman perjuangan yang terhitung baru dengan hadirnya era Reformasi. Ini adalah konsekuensi dari apa yang terjadi pada babak-babak sejarah sebelumnya. Naiknya rezim Orde Baru tidak terlepas dari penghapusan tradisi pemikiran dan praktik perjuangan kelas yang pada tiga dekade berikutnya dijaga ketat agar tidak berkembang. Kehadiran PRD pada akhir babak sejarah Orde Baru terbatas pada dorongan demokratisasi dan pembatasan terhadap kekuasaan angkatan bersenjata.
Perjuangan kelas pada akhirnya hanya bisa mendorong secara terbatas pada dorongan demokratisasi dan pembatasan terhadap kekuasaan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Kesadaran kelas terus-menerus dalam perkembangan, dan kelas pekerja yang sadar harus menarik simpati kekuatan lain berdasarkan aspirasi demokratis dan progresif. Tinjauan pilih-pilih tentang 'kolaborasi kelas' tanpa memperhatikan dinamika kelas dan sejauh mana kekuatan kelas pekerja yang sadar telah terbangun menghadapi problem praktik yang tidak berkembang dan terjebak pada perjuangan kelas bertahan sebatas wacana, dengan partisipasi yang tidak lebih banyak dari aparat yang dikerahkan untuk merepresi aksi-aksi protes.
Kenyataannya, tenaga kelas pekerja yang sadar belum cukup signifikan untuk mengerahkan perlawanan yang dapat membawa perkembangan kekuatan. Oleh karena itu, tenaga-tenaga sosial yang lainnya harus dapat dimobilisasi untuk mendukung perjuangan agar dapat diperhitungkan. Ini, disaat yang bersamaan, berpotensi membawa pada kesadaran yang lebih maju dari kalangan non-kelas pekerja, seperti kaum muda mahasiswa yang memiliki mobilisasi yang masif pada perlawanan 1998. Secara strategis, dalam garis besar perjuangan, tuntutan perjuangan kelas tetap harus menjadi fondasi sebagai titik berangkat untuk mendorong isu-isu yang dimajukan.
Menyadari kekurangan internal kelas hari ini bukanlah merendahkan kelas pekerja, tetapi merupakan kesadaran yang berangkat dari analisis berbasis pada kenyataan yang ada dan dengan demikian memberi sorotan pada variabel yang, mungkin dikira tidak mempengaruhi keberhasilan perjuangan. Ini juga terkait dengan meninjau Partai Buruh dengan bertopang pada kehadiran 'elite Partai', seperti Said Iqbal sendiri, yang pernah terlibat dalam faksi-faksi oligarki dan rezim kekuasaan.
Prospek perjuangan dan praktik politik alternatif melalui penguatan internal ‘Sayap Kiri Partai Buruh’.
Kompol merupakan faksi progresif di internal Partai Buruh yang bertujuan menguatkan mekanisme internal, sistem pengambilan keputusan, dan arah perjuangan kelas agar prospek perjuangan melalui Partai Buruh tetap terjaga. Faksi ini dibentuk oleh KPBI (Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia) dan dikuatkan dengan berbagai organisasi serta individu berposisi politik progresif dan demokratik. Kompol, sebagai bagian dari internal Partai, bukan sekedar pengelompokan elemen di dalamnya tetapi secara khusus memiliki peranan dalam kerja-kerja Partai.
Politik alternatif, sebagai wacana dalam perjuangan kelas, telah menemukan bentuk praktik yang pantas disebut 'praktik politik alternatif' melalui pembangunan demokrasi kelas pekerja dalam Partai Buruh oleh Kompol. Dan, melalui praktik politik elektoral dalam pemilihan umum, terbuka akses untuk perluasan gagasan dan tuntutan perjuangan kelas di kalangan komunitas kelas pekerja, yang sulit didekati pada keadaan biasa. Momentum pemilihan umum, meskipun tidak se-signifikan waktu revolusioner, meningkatkan kesadaran politik massa dan memberi ruang untuk penerimaan gagasan perjuangan kelas.
Wacana perjuangan kelas tidak dapat hanya terfokus pada pertempuran kelas pekerja merebut negara dengan gairah revolusioner. Bagian penting dalam perjuangan kelas juga, adalah keharusan tenaga pendorong memahami tingkat kesadaran kelas; dengan penekanan khusus dalam melihat kepercayaan-diri kelas. Banyak kelas pekerja yang menyadari ketertindasan atau eksploitasi, namun lebih banyak yang memilih pasrah pada situasi tersebut, menganggapnya tak-terelakkan. Para pekerja hidup dalam kesedihan dan kepasrahan akibat lama dikekang oleh ideologi-ideologi dominan.
Kesadaran kelas bukanlah momen jepretan saklar yang menyalakan lampu ruangan, melainkan titik di mana pekerja memilih melawan ketertindasannya dan berjuang bersama sesama pekerja. Kesadaran kelas membutuhkan pengalaman panjang dan dorongan yang secara berkelanjutan mendorong semangat pada setiap pekerja. Perluasan tradisi pemikiran dan praktik perjuangan kelas oleh Partai Buruh dapat memajukan perjuangan kelas pada tingkat yang lebih maju, melihat momentum sebagai alat politik.
Praktik politik alternatif ke depan
Perkembangan kelompok-kelompok kiri telah mencapai kemajuan dan kristalisasi di berbagai porosnya hingga hari ini. Kontras dengan pandangan bahwa perkembangan perjuangan stagnan, barisan penopang perjuangan kelas, dalam variasi yang beragam, telah mendalamkan teori dari praktik-praktik dalam lingkup yang lebih demokratis pasca reformasi. Perpecahan PRD semakin mendorong kebutuhan akan pembangunan alat politik kelas pekerja sendiri untuk membentuk tradisi politik alternatif dari warisan kekuasaan Orde Baru.
Berdasarkan Manifesto Politik Pemilihan Umum 2024 yang meragukan praktik Partai Buruh sebagai upaya alternatif lantaran kehadiran para ‘elite Partai’, dapat ditentang dengan praktik Kompol yang menunjukkan kenyataan upaya alternatif itu dalam membangun kekuatan progresif serta demokrasi kelas pekerja dalam Partai Buruh yang tidak bisa dielakkan didominasi oleh serikat-serikat dibawah kendali para elite tersebut. Kompol berhasil memastikan demokrasi dalam organisasi kelas pekerja berfungsi efisien, yang tercermin dalam penolakan Partai Buruh untuk mendukung pasangan calon Presiden-Wakil Presiden dalam Pemilu 2024. Penguatan Kompol di internal Partai Buruh telah menjaga perkembangan dorongan perjuangan kelas dan meningkatkan keyakinan politik kelas pekerja yang selama ini merosot karena hilangnya tradisi pemikiran dan praktik progresif dan demokratis. Kepercayaan diri kelas merupakan bagian tak terpisahkan dari kesadaran kelas, mempengaruhi semangat solidaritas kelas pekerja.
Tentu saja, kewaspadaan tidak bisa dilepaskan pada kemungkinan maneuver dari para ‘elite Partai’, dan jangkauan Kompol masih terus harus ditingkatkan, tetapi upaya politik alternatif, dengan tujuan akhir membangun partai kelas pekerja sendiri yang benar-benar dapat menopang secara lebih kuat proses perjuangan kedepannya. Partai Buruh, karena dibangun dengan unsur-unsur yang berbagai ragam dan corak perspektif dan kesadaran kelas yang berbeda-beda dalam lini masa masing-masing, menjadikan kekuatan yang ingin dibangun tidak begitu mudah dapat mencapai apa yang diharapkan. Meskipun demikian, melalui praktik yang dilakukan Kompol dalam internal Partai Buruh, dan dampaknya hingga kini pada penguatan basis-basis di dalam Partai, serta dorongan terhadap arah geraknya, menjadikan praktik Partai Buruh tetap tidak dapat dikesampingkan sebagai upaya politik alternatif. Sejauh praktik menjadi penopang analisis, hanya ketika telah mengemuka kemerosotan dari para ‘elite Partai’ dengan mendorong Partai Buruh pada kepentingan mereka semata, maka kemudian, dan baru kemudian lah; Partai Buruh tidak lagi menjadi suatu ‘upaya praktik politik alternatif’.
Editor: Syahdan
Sumber:
- Arah Juang. (2024, 18 January). Manifesto Politik Pemilihan Umum 2024. Arah Juang. https://www.arahjuang.com/2024/01/18/manifesto-politik-pemilihan-umum-2024/
- Ridha, M. (2023, 23 June). Menilai Partai Buruh: Analisis dari Dalam. Indo Progress. https://indoprogress.com/2023/06/menilai-partai-buruh/
- Suryomenggolo, J. (2023, 21 July). Negara Kesejahteraan Bukan Hadiah Elite, Maka Kita Perlu Tahu Aral Mewujudkannya. Indo Progress. https://indoprogress.com/2023/07/tantangan-mendirikan-negara-kesejahteraan/
- Redaksi PSR. (2023, 31 January). Kolaborasi Kelas Partai Buruh, Jalan Menuju Jurang. Perhimpunan Sosialis Revolusioner. https://www.revolusioner.org/analisis-perspektif/gerakan-buruh/8909-kolaborasi-kelas-partai-buruh-jalan-menuju-jurang.html
- Kabelen, M. (2023, 11 May). Said Iqbal Arahkan Partai Buruh ke Borjuasi. Apa yang Harus Dilakukan Kiri?. Perhimpunan Sosialis Revolusioner. https://www.revolusioner.org/analisis-perspektif/gerakan-buruh/8922-said-iqbal-ingin-mengarahkan-partai-buruh-kepada-borjuasi-apa-yang-harus-dilakukan-oleh-kiri.html
- Lane, M. (2019). An Introduction to the Politics of the Indonesian Union Movement. ISEAS-Yusof Ishak Institute.