Penulis: Faisal M (anggota Serikat Merdeka Sejahtera)
Program magang sering ditampilkan sebagai kesempatan emas bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman langsung di lapangan kerja sesuai dengan bidang studinya. Namun, kenyataan di lapangan justru banyak juga ditemukan program magang yang eksploitatif, atau bahkan tidak benar-benar membawa manfaat nyata bagi para pekerja magang. Bahkan topik mengenai eksploitasi dalam program permagangan tidak jarang mencuat dan menjadi pembahasan yang cukup menarik di berbagai media sosial.
Dari banyaknya masalah permagangan di Indonesia ini, ada satu benang merah yang merupakan akar dari rumitnya masalah-masalah tersebut yakni kurangnya regulasi dan pengawasan. Program permagangan yang digaungkan dengan masif dengan dukungan pemerintah yang cukup signifikan, Hal ini tidak dibarengi dengan pengawasan dalam pelaksanaannya. Hal ini berpotensi menyebabkan pelanggaran dari skala kecil sampai besar, dan tentu sangat merugikan para mahasiswa atau pekerja magang, sementara di satu sisi juga melanggengkan praktik eksploitasi.
Kurangnya regulasi ini sangat merugikan para pekerja magang, dan membuka celah yang lebar bagi praktik eksploitatif. Misalnya, beberapa perusahaan mungkin menggunakan pekerja magang sebagai sumber tenaga kerja gratis, pekerja magang diminta melakukan tugas-tugas yang berada di luar ruang lingkup mereka atau tidak terkait dengan bidang studi mereka, atau malah diberi beban kerja yang sama beratnya dengan pekerja penuh waktu. Hal ini mengakibatkan pekerja magang merasa diremehkan dan tidak dihargai, dan bisa juga membuat mereka bekerja sama seperti pekerja penuh waktu, namun dengan kompensasi yang minimum atau bahkan nihil.
Di lapangan tidak jarang terdapat perusahaan yang tidak memberikan pelatihan atau fasilitas untuk pekerja magang mereka. Perusahaan tidak menyiapkan rencana pelatihan untuk program magang, tidak mengatur target yang sesuai bagi para peserta magang, atau tidak menghadirkan mentor yang kompeten untuk membimbing para pekerja magang. Situasi ini membuat banyak pekerja magang merasa bingung dan tidak yakin bagaimana menyelesaikan program magang mereka. Kurangnya dukungan ini bisa sangat menantang bagi siswa yang baru di tempat kerja dan mungkin tidak memiliki keterampilan atau pengalaman yang diperlukan untuk berhasil dalam lingkungan profesional. Pada akhirnya, program magang dengan kasus seperti bisa saja tidak bermanfaat bagi mahasiswa, yang justru mengalami kerugian karena waktu dan tenaga yang sudah dicurahkan.
Masalah lain dengan program magang adalah kurangnya kompensasi untuk magang. Beberapa perusahaan yang sudah bekerja sama dengan program permagangan pemerintah mungkin menawarkan uang saku atau bentuk kompensasi lainnya. Namun kenyataannya di lapangan, masih ada saja perusahaan yang tanpa rasa malu mengiklankan program magang tanpa kompensasi, dengan iming-iming "pengalaman kerja".
Di sisi lain, tidak kalah penting juga bagi mahasiswa atau calon pekerja magang untuk meneliti dengan cermat dan mempertimbangkan pilihan mereka sebelum melamar untuk magang. Salah satu faktor kunci untuk dipertimbangkan adalah reputasi perusahaan yang menawarkan program tersebut. Calon pekerja magang sebaiknya memperhatikan track record, ulasan, dan reputasi perusahaan untuk lebih mengetahui perusahaan penyedia magang, sebelum akhirnya mengirim lamaran.
Kemudian, penting untuk secara hati-hati meneliti persyaratan dan tujuan program magang untuk memastikan bahwa program tersebut selaras dengan kebutuhan dan minat calon pekerja magang. Kalau perlu, calon pekerja magang baiknya bertanya mengenai struktur program, pelatihan, dan fasilitas dari perusahaan yang akan mereka dapatkan kalau magang di perusahaan itu. Yang tidak kalah penting juga adalah untuk bergabung atau mendukung serikat pekerja dan gerakan solidaritas sehingga mahasiswa dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang masalah yang dihadapi pekerja magang dan mendorong peraturan dan kondisi kerja yang lebih baik.
Editor: Syahdan