Penulis: Effendi Saleh
Masalah terpokok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah cara bagaimana mengelola wilayah atau negara membawa berkah berupa kehidupan yang adil dan beradab dalam kesejahteraan sosial-ekonomi, sosial-politik dan sosial budaya bagi bangsa itu sendiri.
Ketika negara diletakkan sebagai alat kekuasaan semata bagi kepentingan seseorang,sekelompok orang, ataupun pemerintah, maka dapat dipastikan keadilan dan kesejahteraan tidak akan terwujud, bagi rakyat yang ditempatkan sebagai obyek penindasan. Dan hal itu berlangsung ribuan tahun yang lampau hingga saat ini. Sejak zaman Perbudakan, Feodalisme,Kolonialisme, dan zaman Kapitalisme-Imperialisme sekarang ini. Kemegahan dan kesejahteraan hanya dimiliki oleh mereka yang memegang tampuk kekuasaan atas negara dan memeras tenaga rakyatnya.
Usainya perang dunia kedua yang pada hakekatnya adalah perang antara negara-negara imperialis dalam usaha memperebutkan wilayah pasar bagi barang dagangan dan wilayah bahan baku bagi kepentingan industrinya. Perang antara negara-negara Sekutu melawan Fasisme Jerman di bawah pimpinan Adolf Hitler.
Keikutsertaan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II di Eropa menempatkan posisinya sebagai negara imperium baru. Dampak lain akibat Perang Dunia Kedua itu,meningkatnya martabat aliran sosialisme di negara Eropa dan benua lainnya. Hal ini menyebabkan kegelisahan di hati Harry Truman dan Winston Churchill yang mewakili kekuasaan negara imperialisme, yang selanjutnya mengobarkan “PERANG DINGIN” sebagai realisasi “The Policy of Containment" (Pembendungan Komunisme di Seluruh Negeri). Bersamaan perkembangan situasi itu, negara-negara jajahan memperoleh peluang untuk menyatakan kemerdekaannya, terbebas dari segala bentuk penjajahan. Termasuk Indonesia, yang telah terjajah selama 350 tahun oleh Kolonialisme Belanda pada tanggal 17 Agustus 1945.
Untuk membentuk pemulihan kehidupan ekonomi bagi sekutu terercayanya di Eropa yang hancur akibat perang dengan NAZI Jerman, Amerika Serikat melaksanakan bantuan lewat Marshall Plan serta dibarengi pembentukan Pakta Pertahanan NATO dalam usaha membendung pengaruh komunisme. Pada sekitar tahun 1950, Dean Achleson, Menlu AS mengemukakan pandangannya;”Kita tidak seharusnya toleran terhadap Uni Sovyet dan Tiongkok”, di kota Dallas.
Revolusi Agustus 1945 adalah revolusi besar rakyat Indonesia. Revolusi rakyat tersebut merupakan revolusi pembebasan jiwa dari pengaruh feodalisme dan perbudakan penjajahan kolonialisme Belanda. Hal ini tertuang dalam naskah Proklamasi Kemerdekaan dan Pembukaan UUD 1945, merupakan dokumen kemerdekaan rakyat Indonesia yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Di wilayah Asia Timur, menyusul pernyataan perang terhadap fasisme Jepang pada tanggal 8 Agustus 1945 oleh Uni Sovyet, tentara Uni Sovyet masuk ke Tiongkok Timur menyerang pasukan Jepang di Kwangtung yang merupakan pasukan induk di belahan Timur Jauh, bekerjasama dengan persatuan gerilyawan Korea pimpinan Kim Il Sung.
Pasukan Uni Sovyet bergerak maju membebaskan bagian utara Korea. Pihak pimpinan Amerika Serikat merasa risau melihat perkembangan begitu cepat pihak tentara Uni Sovyet sampai di Korea. Kegelisahannya menyebabkan presiden Truman mengirim surat rahasia tanggal 15 Agustus 1945 kepada Stalin. Isinya mengusulkan agar pasukan-pasukan senior Angkatan Darat, Laut dan Udara Jepang serta pasukan di daerah Manchuria, daerah Lintang Utara 38 derajat Korea dan Kalafuto, supaya menyerah kepada Panglima Tertinggi Sovyet di Timur Jauh. Ini menyebabkan Korea terbelah menjadi dua, Korea Utara dan Korea Selatan.
Pada tanggal 25 Juni 1950, pasukan Korea Utara menyeberangi garis Lintang 38 derajat dengan alasan adanya perembesan tentara Korea Selatan yang didukung oleh Amerika Serikat. Tanggal 27 Juni 1950 delegasi AS di PBB New York memanggil Sidang Darurat Dewan Keamanan,yang berhasil menyetujui suatu resolusi bagi tindakan tentara terhadap Korea Utara, lalu mengirimkan operasi tentara AS bersama sejumlah tentara negara lain sebagai pertanda pasukan PBB bersama tentara Korea Selata membendung operasi Korea Utara. Bersamaan dengan itu, Armada ke 7 AS,memasuki Selat Taiwan, antara Taiwan dengan Daratan Tiongkok. Hal ini menyebabkan kemarahan pimpinan PKT, nota protes dikirimkan Zhou Enlai ke PBB.
Pada tanggal 4 Oktober 1950, CC PKT mengadakan sidang untuk mendiskusikan Perang Korea. Ketua Mao Zedong meminta masukan akibat negatif jika mengirim pasukan membantu rakyat Korea. Mao Zedong mengatakan:".... Kita tidak bisa berdiam diri berpangku angan saja, tatkala bangsa lain mengalami krisis.” Marsekal Peng Dehuai menyatakan:"Adalah perlu mengirim pasukan guna membantu rakyat Korea. Ini hanya berarti;menunda perang pembebasan selama beberapa tahun. Amerika Serikat akan mempunyai dalih untuk menduduki Tiongkok kapan saja, jika pasukannya menetap di pinggir sungai Yalu dan Taiwan. Sidang memutuskan untuk mengirim pasukan sukarelawan membantu ; rakyat Korea dibawah pimpinan Marsekal Peng Dehuai.
Tanggal 18 Oktober 1950, Peng Dehuai dengan pasukannya menyeberangi sungai Yalu, seterusnya 19 Oktober pagi, tiba di stasiun pembangkit listrik Regoeho. Besok paginya 20 Oktober 1950, tiba di kota kecil Bukjin. Sebagian pasukan musuh terdesak mundur ke tepi sungai Yalu. Pertempuran pertama adalah tak terduga-duga bagi musuh dengan ciri-ciri luwes dan gerak cepat. Pertempuran di daerah Unsan dekat Bukjin memaksa pasukan Korea Selatan mundur. Pertempuran dimenangkan oleh sukarelawan Tiongkok pada 25 Oktober 1950.
Dengan demikian pasukan sukarelawan mendapat tumpuan yang kuat. Selama Perang Korea, pasukan sukwan Tiongkok bersama pasukan Tentara Republik Rakyat Korea berhasil membangun terowongan sepanjang 1.250 kilometer dan parit perbentengan sepanjang 6.240 kilometer, yang berarti telah memindahkan 60 juta meter kubik tanah dan batu karang. Dalam biografi Truman yang menulis bahwa menurut catatan sekretaris PBB bahwa Perang Korea; PBB mengalami korban meninggal dan luka-luka sebanyak 228.941orang, serdadu Korea Selatan 168.652 dan tentara AS 57.120 orang. Perang Korea;'perang pembendungan komunisme di Asia Timur yang dilancarkan Amerika Serikat sebagai salah satu puncak pendahuluan “Perang Dingin” dengan kekalahan AS'. Dan komunisme di Asia Timur tak bisa dibendung.
Secara resmi lembaga CIA (Central Intelligence Agency) terbentuk tanggal 18 September 1947. Dalam waktu bersamaan juga dibentuk National Security Council (NSC) sebagai Politbironya AS,yang komposisinya terdiri dari:Presiden, Wakil Presiden, Menteri Luar Negeri, Kepala Staf Angkatan Perang dan Departemen Pemeritah. Tugas-tugas CIA dirumuskan sebagai berikut:
1. Memberi nasihat kepada National Security Council dalam hal-hal mengenai kegiatan intelijen dari departemen-departemen dan jawatan-jawatan pemerintah.
2. Mengajukan saran-saran kepada NSC untuk mengkoordinasi aktivitas-aktivitas intelijen yang bersangkutan.
3. Menghubungkan dan menilai hasil-hasil intelijen yang berhubungan dengan keamanan nasional dan mengalirkan hasil-hasil penilaian ini ke kalangan pemerintah.
4. Melakukan demi keperluan lembaga-lembaga intelijen, pelayanan tambahan yang menjadi perhatian sebagaimana ditetapkan oleh NSC, supaya dapat dilaksanakan dengan lebih obyektif secara terpusat.
5. Melakukan fungsi-fungsi lainnya dan tugas-tugas yang berhubungan dengan intelijen yang menyangkut keamanan nasional yang akan dipimpin oleh NSC dari waktu ke waktu.
Di tahun 1947 itu, Allen Dulles sudah mengemukakan bahwa CIA haruslah mempunyai yurisdiksi khusus untuk melakukan operasi-operasi rahasia. Dibawah pemerintahan Truman, CIA sejak semula telah melakukan operasi-operasi khusus di luar Amerika, sampai-sampai operasi menggulingkan pemerintahan yang tidak dikehendaki. Pada tahun 1964 jaringan intelijen Amerika memiliki personil 200.000 orang, dengan anggaran belanja milyaran Dollar setahun.
Di seluruh dunia CIA mempunyai “Pekerja Putih” yang bekerja atau bepergian dengan menggunakan ciri sebagai;"sarjana-mahasiswa-ekonom-insinyur-klerk hotel dan wanita rumah tangga.” Special Operation Division (SOD) adalah salah satu bagian CIA yang melakukan operasi aktif di berbagai negeri semenjak tahun-tahun pertama pembentukan CIA telah melaksanakan operasi di Korea.
Dalam tahun 1950, sejumlah besar perwira militer dididik untuk melakukan operasi khusus. Jenderal Mac Arthur banyak menggunakan perwira berkemampuan opsus· (rahasia), untuk melakukan tugas opsus dalam Perang Korea. Usaha-usaha CIA yang dilakukan untuk membangkitkan perlawanan terhadap pemerintah RRT di daratan Tiongkok pada awal lima puluhan kandas dengan tertangkapnya agen-agen CIA; John Downy dan Richard Henry Fecteu.
Pada tahun 1953, CIA mendalangi penggulingan Perdana Menteri Mohammad Mossadegh di Iran. Bulan April 19951, Mossadegh menasionalisasi ANGLO IRANIAN OIL COMPANY milik Inggeris dan menyita penyulingan minyak raksasa Abadan di Teluk Parsia. Mossadegh mengambil langkah politik mendekati partai Tudeh Iran yang dianggap komunis dan membuka hubungan dagang dengan Uni Sovyet.
Amerika Serikat menilai langkah-langkah Mossadegh menguntungkan komunisme dan Uni Sovyet. Maka segeralah Amerika Serikat bersama Inggeris merencanakan penggulingan Mossadegh serta berupaya menegakkan kembali Shah. CIA memperhitungkan bahwa operasi akan sukses karena syarat untuk itu sudah matang, sebagai aktor utama ialah; sebagian besar rakyat Iran masih setia kepada Shah. CIA memilih Jenderal Fazoolah Zahedi untuk menggantikan Mossadegh. “Walaupun pemerintah yang menggantikan Mossadegh tidak memperbaiki kehidupan rakyat Iran, yang menjadikan pertimbangan bagi Amerika Serikat dalam mendukung pemerintah baru adalah “anti komunis.
CIA menugaskan pimpinan operasi kepada Kim Roosevelt, seorang sarjana dosen sejarah,yang meninggalkan pekerjaan akademis menjadi pejabat OSS, kemudian masuk CIA, dan menjadi pakar dalam masalah Timur Tengah. Kim masuk ke Iran secara legal. Operasi ini dibantu oleh lima òrang Amerika ditambah dengan beberapa agen CIA yang dipekerjakan di Kedutaan Besar Amerika Serikat. Disamping itu masih ada tujuh orang agen setempat, termasuk dua orang pejabat tinggi Badan Intelijen Iran.
Ikut pula dalam operasi ini agen CIA, Brigjen H. Norman Schwarzkopf, mantan Kepala Polisi New Jersey yang semenjak lama sudah mengenal dan menjalin persahabatan dengan Jenderal Zahedi, yang telah berjasa mengorganisasi polisi Kerajaan Iran. Dalam saat-saat yang tegang di bulan Agustus itu, Schwarzkopf tiba di Iran menemui dan melakukan pembicaraan dengan Shah dan Jenderal Zahedi. Maka Shah menjatuhkan Mossadegh, maka pada tanggal 13 Agustus 1953, Shah Menandatangani dekrit memecat Mossadegh. Akan tetapi Mossadegh melakukan perlawanan, 15 Agustus 1953 seorang kolonel yang diperintahkan Shah mengirim surat pemecatan terhadap Mossadegh, ditangkap kemudian dipenjara. Mossadegh mengumumkan adanya komplotan yang ingin menjatuhkannya, yang menyebabkan rakyat turun ke jalan-jalan menimbulkan kekacauan. Selama dua hari terjadi kekacauan, patung-patung Shah Iran diruntuhkan. Shah dan Ratu Soraya meninggalkan Iran terbang ke Bagdhad. Shah Pahlevi meneruskan perjalanan ke Roma menemui Allen Dulles.
Kim Roosevelt keluar dari persembunyiannya, begitu pula dengan Zahedi. Mereka kemudian memimpin gelombang massa aksi mendukung Shah Pahlevi. Bentrokan massa tak terhindarkan, yang pro dan kontra. Dalam pada itu, Schwarzkopf mengawasi penggunaan dana lebih dari sepuluh juta Dollar dari CIA dalam operasi ini.
Dengan mendadak Mossadegh kehilangan pendukungnya, pasukan yang setia dengan Mossadegh melakukan perlawanan sengit selama sembilan jam, tetapi kekuatan semakin menyusut, Mossadegh terkepung di istana Perdana Menteri. Di tengah malam pasukan pendukung Shah Reza Pahlevi menyerbu dan menangkap Mossadegh, serta membantai para pemimpin Partai Tudeh dan memenjarakan Mossadegh.
Kim Roosevelt popular di kalangan CIA, dengan julukan “Mr. Iran.” Dan dia diangkat menjadi asisten direktur CIA untuk Timur Jauh. Andrew Tully menulis: "Kup ini diperlukan demi keselamatan Amerika Serikat dan mungkin juga bagi keselamatan dunia Barat." Seluruh proses penggulingan Mossadegh itu adalah operasi CIA, dari awal sampai akhir.
Di tahun 1954, CIA mendapat sukses besar dalam operasi menggulingkan pemerintah Jacobo Arbenz Gusman yang dipilih melalui pemilihan umum di Guatemala. Jacobo Arbenz yang naik ke panggung kekuasaan melalui pemilihan demokratis tahun 1951, mengambil langkah demokratis dan patriotis.
Pemerintahannya menasionalisasi 225.000 ha tanah subur yang sudah sekian lama dikuasai kapitalis besar; United Fruites Company. Disamping itu pemerintah Arbenz memenuhi tuntutan kaum buruh untuk menaikkan upah karena itu pemerintah AS menilainya sebagai “komunis”yang harus dilenyapkan.
Presiden AS Eisenhower mengatakan:"Saya bersedia mengambil setiap langkah yang diperlukan demi suksesnya operasi ini. Karena jika operasi ini berhasil, berarti rakyat Guatemala menggulingkan kaki-tangan komunisme. Jika ini gagal, berarti bendera Amerika Serikat yang terkulai.”
Penggulingan Jacobo Arbenz disusul dengan pengembalian tanah-tanah kapital raksasa United Fruits Company yang telah disita, diberlakukannya Undang Undang Larangan terhadap komunisme dan ditegakkannya rezim terror dibawah kekuasaan Castillo Arman. CIA berhasil mendapatkan dan mempergunakan orang Guatemala sendiri untuk melawan dan menggulingkan pemerintah sah Guatemala.
Di Vietnam Selatan, CIA memainkan peranan sangat besar dalam menggulingkan raja Bao Dai. Tahun 1955, membina dan memperkuat kekuasaan rezim Ngo Dinh Diem yang anti komunis dan sangat pro Amerika. Rekayasa penggulingan raja Bao Dai dan penegakan rezim Ngo Dinh Diem ini berlangsung dibawah kendali perwira CIA Kolonel Lindsdale, yang sudah berjasa bagi CIA dalam mengalahkan gerakan bersenjata. Eisenhower sudah sejak tahun 1954 bekerja sebagai operator dinas propaganda CIA yang bertugas menyebarkan dokumen-dokumen palsu yang menyesatkan untuk menimbulkan kekacauan di Vietnam Utara.
Dari penelitiannya, Lindsdale menyimpulkan bahwa Ngo Dinh Diem lah yang bisa menyelamatkan situasi sebagaimana halnya Amerika yang menokohkan Syng Man Rhee yang selama 30 tahun hidup dan mendpatkan pendidikan di Amerika. Ngo Dinh Diem pun dari semula, dalam pengasingannya di Amerika, disamping bermukim di Mary Knoll Seminary di Lake Wood - New Jersey, Ngo Dinh Diem sudah anti komunis dan giat melakukan lobby melawan Ho Chi Minh. Ketika itu nama Ho Chi Minh sedang kian terkenal sebagai pemimpin gerilya komunis. Para penguasa pemerintah Amerika memuja Ngo Dinh Diem sebagai “Pejoang Anti Komunis” nomor satu di Asia dan“Jagoan Kebebasan.”
Dari uräian sejarah peristiwa yang terjadi di beberapa negeri,memberi penjelasan bagi kita, betapa imperialisme Amerika Serikat yang menempatkan posisinya sebagai kekuatan adi-daya dengan landasan ideologi politik neo liberalisme ingin menguasai serta mempertahankan cengeramannya lewat praktek-praktek klandestein untuk menggulingkan pemerintahan yang dianggap menguntungkan komunisme. Tidak saja pada negara yang pemerintahannya dianggap pro kepada paham sosialis-komunis, akan tetapi juga kepada kepada organisasi serikat buruh dan organisasi pemuda.
Pada tanggal 30 Oktober 1945, dalam suasana menggeloranya semangat anti fasis dan semangat membela perdamaian dunia, membela kemerdekaan nasional bangsa-bangsa serta semangat berjuang demi perbaikan hidup kaum pekerja dan kemudian menentang Plan Marshall di Eropa, menjadikan Amerika sangat risau.
Terbentuklah di tanggal 30 Oktober itu; World Federation of Trade Union (WFTU), Gabungan Serikat Buruh se-Dunia (GSS). Pembentukannya diprakarsai oleh; Trade Union Congress (TUC) Inggeris, Congress of Industrial Organisation (CIO) Amerika Serikat, dan gabungan serikat-serikat buruh Uni Sovyet GSS, bermarkas di Paris. Sejak semula gerakan buruh Indonesia mempunyai hubungan dengan GSS.
GSS dengan tangguh membela dan mendukung perjuangan kaum buruh dan rakyat Indonesia membela kemerdekaan nasional Indonesia dalam percaturan internasional dengan menjadi anggota GSS. Sebagai pusat serikat buruh yang menghimpun kaum buruh yang terbesar di Indonesia, SOBSI menempati kedudukan penting dalam pimpinan GSS. Bung Nyono, Ketua Dewan Nasional SOBSI menempati kedudukan penting dalam pimpinan GSS, terpilih menjadi salah satu wakil presiden GSS. Di sekretariat pimpinan GSS terdapat wakil SOBSI, menjadi sekretaris pertengahan tahun limapuluhan, yaitu Bung Sugiri, kemudian digantikan oleh Zus Setiadi Swasto. Bung Tjugito terpilih sebagai salah seorang wakil presiden Gabungan Serikat Buruh Agraria GSS.
Hal itu membuktikan kepada kaum buruh di Indonesia sekarang ini, bahwa kaum buruh Indonesia telah berjuang dengan gigih di kancah internasional melawan kolonialisme dan imperialisme lewat organisasinya, dalam mempertahankan kemerdekaan nasional rakyat Indonesia.
Pada bulan Januari 1949, wakil-wakil Inggeris, Belanda dan Amerika Serikat keluar dari GSS. Desember tahun itu juga, mereka berhasil mendirikan organisasi internasional yang menjadi saingan GSS, yaitu International Confederation of Trade Union (ICFTU). Semenjak itu, erakan buruh di banyak tempat/negara termasuk Indonesia, terpecah dalam hubungan-hubungan internasional. Serikat-serikat buruh menjadi salah satu medan tempur "PERANG DINGIN" yaitu tempat realisasi "The Policy of Containment" AS, tempat usaha membasmi pengaruh “komunis”dalam gerakan buruh.
Allen Dulles kepada CIA mengatakan;"Bahwa kaum komunis, melalui GSS dan cabang-cabang organisasi-organisasi yang sekian banyak mengontrol organisasi buruh yang banyak negeri di dunia, terutama Perancis, Italia, dan Indonesia, dan juga mampu dengan kuat memanipulasi buruh Jepang dan berbagai negeri di sekitar daerah ini, serta di negeri tertentu di Afrika dan Asia Tenggara, dimana organisasi buruh baru dalam taraf permulaan pertumbuhannya.”
Dalam tahun 1957, Thomas Bronden, mantan agen CIA, mengatakan bahwa:"Bantuan keuangan sebesar dua juta Dollar setahun telah diberikan kepada serikat-serikat buruh di Perancis dan Italia.” Perang Dingin juga memasuki gerakan pemuda internasional. Pada tanggal 7 s/d 10 November 1945, di London Inggeris berlangsung konperensi Pemuda se-Dunia di Gedung Albert Hall, yang melahirkan World Federation of Democratic Yout (WFDY), Gabungan Pemuda se-Dunia (GPDS). Konperensi ini dihadiri oleh 437 utusab, 148 peninjau, delegasi pemuda dari 63 negara, mewakili lebih dari 30 juta anggota. Dalam delegasi Indonesia terdapat;Maruto Darusman, Soeripno. Konferensi mendapat sambutan dari Harry Truman dan perdana menteri Inggeris Clement Asche. Hanya 3,5% delegasi mewakili organisasi pemuda komunis, lainnya terdiri dari wakil organisasi keagamaan, sosialis, olahragawan dan sebagainya.
Konferensi memutuskan/merumuskan semboyan GPDS yang berbunyi:"Pemuda Bersatulah! Maju demi perdamaian abadi, demokrasi, kemerdekaan nasional bangsa-bangsa dan hari depan yang lebih baik!” Dirumuskan dalam preambul persatuan dasarnya:"GPDS bertujuan untuk saling pengertian dan kerjasama internasional yang erat antara pemuda. Dinyatakan lagi, bahwa GPDS bekerja untuk “Menjamin perlindungan bagi hak-hak dan kepentingan-kepentingan pemuda,demikian bahagian dan kesejahteraan generasi yang akan datang.”
“Memberi sumbangan sebesar mungkin untuk melenyapkan fasisme dalam segala bentuknya, memberi sumbangan untuk mendidik genersi muda dalam semangat demokrasi dan memperbaiki syarat-syarat hidup.”
Dalam Kongres London yang historis itu, dengan khidmad dikumandangkan Sumpah Konferensi
Pemuda se-Dunia yang berbunyi:
1. Kami bersumpah, bahwa akan selalu ingat pada persatuan yang ditempa di bulan November 1945, bukan saja hari ini, tapi selama-lamanya,sampai kita berhasil membangun dunia yang kita impikan.
2. Kami bersumpah untuk melenyapkan dari seluruh muka bmi sisa-sisa fasisme, membangun persahabatan sejati antara semua rakyat di dunia.
3. Kami bersumpah untuk menggalang persatuan pemuda selruh dunia, pemuda dari semua, semua warna kulit, semua nasion, semua kepercayaan agama.
4. Kami bersumpah untuk mempertahankan perdamaian yang adil lagi abadi, melenyapkan penghisapan, kemiskinan dan menjamin pekerjaan bagi semua.
5. Kami berkumpul untuk memperkuat persatuan semua pemuda.
6. Kami mengheningkan cipta, memberi salut kepada kawan-kawan yang telah gugur dan menyatakan janji, bahwa tangan-tangan yang cekatan, otak yang jernih dan kegairahan remaja tak akan lagi dihancurkan oleh peperangan.
7. Kami akan membangun dunia yang indah dan bebas
MAJULAH DEMI KEHIDUPAN KITA!
Pada tahun 1946, sudah mulai ada usaha memecah-belah Gerakan Pemuda Internasional, dengan didirikannya organisasi International Union of Socialist Youth (IUSY).Ini adalah kelanjutan dari politik bangkrut international ke dua. Menurut IUSY, telah dihimpun anggota sebanyak 760.000/ dalam kenyataan, IUSY adalah hampir sepenuhnya bersifat organisasi Eropa. Hanya namanya saja “sosialis.” IUSY mengikuti politik partai-partai sosialis democrat Eropa yang berpolitik menentang negeri-negeri Eropa Timur dan USSR, dengan memfitnah perjuangan pemuda-pemudi di negeri-negeri kolonial melawan kolonialisme.
Kehadiran Marshall Green sebagai Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia menggantikan Howers John pada awal 1965 ditambah dengan demonstrasi massa rakyat, karena reputasi sebagai Duta Besar provokator ulung di beberapa negara yang pernah dipegangnya, antara lain di Laos dan Kamboja.
Pada peristiwa Tragedi 65-66, dia menyatakan:"....banjir darah yang mengamuk di Indonesia sebagian besar dapat dijelaskan pada kenyataan bahwa komunisme, dengan atheisnya, omongannya pada perang kelas, sangat dibenci oleh Indonesia pedesaan, teristimewa di Jawa dan Bali, yang kebudayaannya menempatkan tekanan kuat atas toleransi, keserasian masyarakat, saling bantu dan memecahkan kontroversi permusyawaratan isu-isu untuk mencapai suatu konsensus pemecahan yang dapat diterima.”
Jelas sekali kata-kata diplomat provokator dalam alasannya membantai PKI sebagai kekuatan pendukung pemerintahan Soekarno. Disamping itu, dokumen memorandum dari Gabungan Kepala-Kepala Staf kepada menteri pertahanan Mc Namara memaparkan bantuan Amerika Serikat terhadàp usaha militer menggulingkan pemerintahan Soekarno, kepentingan AS akan lebih terjamin jika pemerintahan baru nantinya cenderung pro Barat atau setidaknya netral. Gabungan Kepala-Kepala Staf merekomendasikan:
A. Amerika Serikat jika diminta, akan siap membantu kepada Indonesia sejumlah bahan pangan, obat-obatan untuk menunjukkan dukungannya terhadap pemerintahan yang baik.
B. Karena kampanye pimpinan ABRI melawan PKI tampaknya berjalan sesuai dengan rencana dan bantuan militer AS tampaknya tidak dibutuhkan untuk keamanan internal, maka untuk saat ini AS hendaknya tidak secara terang-terangan memberikan bantuan militer kepada Indonesia.
C. Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan pertama-tama menyusun criteria untuk melanjutkan pemberian bantuan militer dan ekonomi.
D. Memorandum ini akan diteruskan kepada menteri luar negeri.- Atas nama Gabungan Kepala-Kepala Staf; Mc Donald-Ketua.
Jika kita cermati rangkaian statemen-statemen dari para pemegang keputusan penguasa AS dalam tragedi berdarah G30 S, sebelum dan sesudah peristiwa, memberi penjelasan kepada rakyat Indonesia bahwa adanya suatu rencana jahat yang dirancang secara sistematik serta cermat dengan manejer pelaksanaannya pihak jenderal Angkatan Darat.
Pada tanggal 17 Agustus 1961, Bung Karno berpidato:"Bahwa Proklamasi 17 Agushis 1945 adalah sebenarnya satu Proclamation of Independence dan satu Declaration of Independence. Naskah Proklamasi dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 itu adalah sati. Loro-loroning - a tunggal. Bagi bangsa lain hanya mempunyai Proclamation of Independence saja. Kita mempunyai Proclamation of Independence dan Declaration of Independence.”
Dijelaskan oleh Bung Karno bahwa:"Proklamasi Kemerdekaan” tanpa “Deklarasi Kemerdekaan”berarti bahwa kemerdekaan, maka segala falsafah, segala dasar dan tujuan, segala prinsip, segala isme akan merupakan khayalan belaka, angan-angan kosong, yang mengapung di angkasa raya.
Selanjutnya Bung Karno menjelaskan: “Kemerdekaan kita bukan hanya mempunyai segi negative atau destruktif saja, dalam arti membinasakan kekuatan asing yang bertentangan dengan keadaan bangsa kita, menjebol sampai keakar-akarnya segala penjajahan di bumi kita, menyapu bersih segala kolonialisme dari tanah-air Indonesia, tetapi Proklamasi itu selain melahirkan kemerdekaan, juga melahirkan dan menghidupkan kembali kepribadian kebudayaan, pendek kata kepribadian nasional. Kemerdekaan dan kepribadian nasional adala laksana dua anak kembar yang melengket satu sama lain,yang tidak dapat dipisahkan tanpa membawa bencana kepada masing-masing.
Beberapa tahun sesudah Proklamasi Kemerdekaan kita, maka terjadi di luar negeri (di Eropa) - kemudian juga meniup di angkasa kita- apa yang dinamakan “Perang Dingin.”Perang Dingin itu sangat memuncak pada kira-kira tahun 1950, malah hampir-hampir saja memanas menjadi perang panas. Ia amat menghambat pertumbuhan-pertumbuhan progresif di berbagai negara. Tadinya, segera sesudah selesai Perang Dunia II, aliran-aliran progresif di mana-mana mulailah berjalan pesat. Tetapi pada kira-kira tahun 1950 salah satu penjelmaan dari Perang Dingin yang menghebat itu, aliran-aliran progresif mudah sekali dicap “komunis.”Anti kolonialisme - komunis, anti exploitation de'l home par l'homme- komunis, anti feodalisme -komunis, anti kompromis- komunis, konsekwen revolusioner - komunis. Hal ini banyak sekali mempengaruhi fikiran orang-orang yang memang jiwanya kintel. Dan inipun terus dipergunakan (diambil manfaatnya) oleh orang-orang Indonesia yang memang jiwanya jiwa kapitalis, feodalis, federalis, kompromis Belandis dan lain lain.
Orang-orang yang jiwanya negative menjadilah wanita penyakit “takut kalau-kalau disebut kiri”, takut kalau-kalau disebut komunis, kiri phobia dan komunisto phobia membuat mereka menjadi konservatif dan reaksioner, anti progresif dan antirevolusioner.
Itulah sebabnya, kita dulu itu tidak bisa begitu saja lekas-lekas menjelmakan Manifesto Politik dan USDEK itu lebih dulu dengan darah, dengan harta banyak, dengan korban-korbanan yang maha pedih. Dengan kembalinya kita kepada jati diri kita, sebagai bangsa yang besar yaitu UUD 1945, rongrongan-rongrongan kepada Revolusi Agustus 1945 berjalan terus, akibat ofensif “Perang Dingin” yang diciptakan oleh kekuatan kaum imperialis untuk mencapai strateginya guna menguasai sumber-sumber bahan baku bagi kepentingan industri barang dan jasa.
Maka terjadilah peristiwa-peristiwa, tragedi-tragedi seperti;Tragedi Madiun 1948, Razia Sukiman, dan yang terakhir terjadi ledakan Peristiwa 30 September 1965. Peristiwa-peristiwa itu adalah buatan asing, yaitu kaum kapitalis dan imperialis karena sangat mengetahui bahwa kita ini, ingin menjalankan politik ekonomi yang progresif. Progresif itulah mengabdi kepada rakyat. Konservatif-kompromistis-reaksioner, itulah mengabdi kepada kepentingan segolongan kecil saja atau menjadi kaki tangan kepentingan asing.
Oleh karena itu seluruh rakyat Indonesia haruslah bersatu, jangan terprovokasi oleh para begundal yang menjadi agen-agen kepentingan asing khususnya generasi muda, jadilah “agent of change", agen perubahan, untuk itu pelajarilah semangat revolusionerpara pendiri bangsa. Jangan menjadi “agent of decay”, agen-agen kebusukan yang menjerumuskan bangsa ini kedalam krisis-multi dimensi. Partai-partai saat ini tumbuh dan berkembang menjadi tidak lebih daripada institusi kuburan dalam kehidupan politik. Setelah perwakilan partai duduk dalam lembaga pemerintahan,politisi-politisi itu menjadi koruptor-koruptor uang negara serta memperoleh fasilitas-fasilitas yang mewah yang mereka buat dan ajukan dalam RABN. Generasi muda harus merasa terpanggil untuk tampil di garda terdepan untuk melakukan perubahan. Oleh karena itu generasi muda harus dengan cermat mempelajari Manifesto Politik itu. Mempelajari ini adalah syarat mutlak untuk mengerti akan isinya. Dan pengertian itu syarat mutlak pula untuk usaha pelaksanaannya.
Memang didalam situasi nasional dan internasional dewasa ini maka Trisakti kita, yaitu Bedaulat dan bebas dalam politik, berkepribadian dalam kebudayaan, berdikari dibidang ekonomi, adalah senjata yang paling ampuh di tangan seluruh rakyat kita, ditangan prajurit-prajurit revolusi kita, untuk menyelesaikan Revolusi Nasional yang maha dahsyat sekarang ini.”
Imperialisme itu adalah eksport capital dalam maha menguasai sumber daya alam untuk keperluan industri barang dan jasa, Tentu syarat-sayaratya harus terpenuhi dulu;
1. Prospeknya bagaimana
2. Aturannya bagaimana
3. Keamanannya bagaimana
Dan syarat lainnya adalah adanya peluang untuk masuknya ideologi liberal (inculturatic) dalam kehidupan masyarakat, dan berusaha mencabut (exculturatic) budaya setempat. UU Penanaman Modal Asing pada hakekatnya memberikan sepenuhnya kepada investor asing, menjamin keamanannya.
“..... Kita bersama-sama mencari persatuan phylosophische grondsach, mencari satu “weltanschauung” yang kita semua setuju.... Kita mendirikan suatu negara “semua buat semua, bukan buat satu orang, bukan buat golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya,tapi semua buat semua..."
Akhirnya marilah kita berpegang teguh kepada 3 pokok pengertian dari Pancasila, ialah:
1.Pancasila sebagai pemersatu kesatuan jiwa Indonesia.
2. Pancasila sebagai manifasetasi persatuan bangsa dan wilayah Indonesia.
3. Pancasila sebagai weltanschauung bangsa Indonesia. dalam penghidupan nasional dan internasional.
Dari kutipan diatas dan dari fakta serta dokumen sejarah selanjutnya dikemudian hari sampai tutup usianya Bung Karno teguh setia pada Pancasila, yakni hidup berjuang gigih untuk mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan RI, termanifestasi dalam Trisakti;yaitu:Berdaulat dalam politik, Berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, melawan hegemoni imperialis.
Bung Karno merealisasi moral Pancasila yakni hidup dalam kebersamaan dengan rakyat, anti korupsi,setia mencintai rakyat dan bangsa Indonesia, anti imperialisme, neo-kolonialisme serta moral gotong-royong,yang termaktub dalam Trisakti, itulah kandungan prinsip Pancasila warisan dari Bung Karno untuk rakyat dan bangsanya, khususnya generasi muda sebagai anak-anak zaman.
"GENERASI-MUDA Milinium”:
*BERSATU dan BERJUANG demi tegaknya cita-cita
Amanat para pendiri Negara kesatuan INDONESIA, bangsa-Indonesia, serta menempatkan kembali *hak-'kedaulatan-Rakyat Indonesia*, yang saat ini dirampas Partai POLITIK-Komprador dan Pemerintah yang membeli suara rakyat dalam Pemilu, serta menempatkan Rakyat menjadi 'kuli' di negerinya sendiri, dan perampokan Sumber Daya Alam oleh Corporasi-Global sehingga berakibat kerusakan alam dan kemiskinan yang berlanjut, kriminalitas yang menyeluruh.***
Editor: Syahdan
1 Comment
Apa dampak negatifnya jika kekuasaan negara dimanfaatkan semata-mata untuk kepentingan kelompok tertentu? Regards Telkom University