Penulis: Faisal M (anggota Serikat Merdeka Sejahtera)
Gig economy telah membawa perubahan besar dalam dunia kerja. Banyak perusahaan yang sekarang lebih memilih untuk melabeli pekerja mereka sebagai "mitra" daripada pekerja langsung. Namun, istilah yang tampaknya secara bahasa terlihat lebih keren ini menutupi kenyataan pahit yang dihadapi banyak pekerja gig econom yakni kondisi kerja yang eksploitatif, gaji tanpa batas minimum, dan nihilnya perlindungan tenaga kerja. Eksploitasi gila-gilaan baru-baru ini dialami kurir logistik di Indonesia yang banyak berstatus sebagai "mitra" di perusahaan mereka. Mereka mengalami kondisi kerja dan upah yang tidak manusiawi. Meskipun tingginya jumlah pesanan yang harus diantarkan kurir adalah faktor besar yang mengeksploitasi pekerja logistik, sangat penting bagi para kurir untuk menyadari bahwa menyalahkan pelanggan bukanlah jawabannya. Sebaliknya, mereka harus bersatu, berserikat, dan menuntut hak atas kerja dan upah yang layak baik ke perusahaan maupun pemerintah.
Melihat artikel dari Project M, Salah satu masalah paling mendesak yang dihadapi oleh kurir dalam gig economy adalah jam kerja yang tanpa batas maksimal. Banyak kurir yang dipaksa bekerja terlalu lama, terkadang hingga belasan jam per hari, hanya untuk mendapatkan penghasilan yang tidak seberapa. Kondisi kerja mereka juga tidak mendapat perlindungan dari pemerintah karena status mereka sebagai "mitra", bukan “pekerja tetap/kontrak”. Hal ini membuat mereka rentan terhadap eksploitasi oleh perusahaan yang mengabaikan hukum ketenagakerjaan, yang tidak menyinggung hak status “mitra perusahaan”.
Peran pemerintah dalam sistem eksploitatif ini tidak bisa diabaikan. Meskipun mereka sepenuhnya sadar atas kondisi kerja mengerikan yang dihadapi oleh para pekerja gig economy, pemerintah tetap diam dan tidak menunjukkan keinginan untuk melindungi para pekerja “mitra” secara adil. Keheningan pemerintah ini juga membuat mereka bersalah karena tidak menjalankan fungsi pemerintahan yang efektif. Terbukti, hanya mengandalkan pemerintah untuk bergerak sendiri dan melindungi rakyat adalah cita-cita yang fana.
Namun, cukup mengecewakan juga melihat belakangan ini beberapa kurir mungkin mengarahkan rasa frustrasi mereka kepada pelanggan, menyalahkan pengguna jasa atas penderitaan mereka. Penting bagi kurir untuk memahami bahwa pelanggan bukanlah akar masalahnya. Mereka tidak bertanggung jawab atas perlakuan tidak adil yang dilakukan oleh perusahaan dan pemerintah. Mereka tidak punya hak untuk mengatur upah kurir, atau bahkan membuat regulasi perlindungan terhadap pekerja mitra. Menyalahkan pelanggan hanya memecah belah dan melemahkan kekuatan kolektif pekerja, yang membuat situasi menjadi kurang kondusif untuk mencapai perubahan nyata.
Menurut saya yang juga pernah menjadi kurir, akan lebih efektif bagi kurir untuk menuntut kerja layak melalui serikat pekerja. Berserikat memberi kurir kekuatan yang lebih tinggi ketika berhadapan dengan pengusaha, dan membuat suara kurir lebih kuat untuk menekan pemerintah menghadirkan regulasi yang akan melindungi hak mereka. Berserikat meningkatkan peluang kurir untuk menang dalam negosiasi untuk upah yang lebih baik, jam kerja yang wajar, kondisi kerja yang lebih baik, dan perlindungan tenaga kerja yang esensial. Berserikat juga menciptakan support system di antara para pekerja, memupuk solidaritas, kolektivitas, dan mengaskan tujuan bersama.
Setelah berserikat, kurir juga dapat memperoleh simpati dan dukungan dari sesama pekerja dan juga pelanggan. Banyak pelanggan tidak menyadari kondisi kerja eksploitatif yang dihadapi oleh pekerja gig economy. Dengan meningkatkan kesadaran dan menginformasikan pelanggan tentang nestapa yang dihadapi oleh kurir, pekerja dapat memperoleh dukungan dan pengertian dari pelanggan, yang mungkin mau menunjukkan solidaritas untuk kerja layak bagi para kurir. Ini bisa dalam bentuk keterlibatan dalam kampanye media sosial untuk mendorong kerja layak bagi “mitra”, mengorganisir mogok kerja perusahaan yang semena-mena terhadap pekerja, dan mendorong pelanggan untuk membantu menyuarakan tuntutan perlakuan yang lebih baik terhadap pekerja gig economy.
Kurir juga harus ingat bahwa perjuangan mereka bukanlah melawan pelanggan, tetapi melawan praktik eksploitatif korporasi dan pemerintah. Penting bagi para kurir untuk menyadari bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan mereka. Mereka adalah bagian dari sistem ketenagakerjaan yang lebih besar dan menghadapi eksploitasi di bawah sistem yang sama. Dengan membentuk serikat, kurir dapat memanfaatkan dukungan dan solidaritas sesama pekerja, dan menciptakan gerakan persatuan yang mampu menekan perusahaan dan pemerintah. Bersama serikat, kita dapat mendorong kebijakan dan peraturan yang melindungi hak-hak kita sebagai pekerja, serta menciptakan hubungan industrial yang lebih adil dan bermartabat.