Para aktivis dari berbagai angkatan yang tergabung di Jaringan Aktivis Lintas Angkata (JALA) berkumpul di Bumi Paniis Cibening, Bekasi (30/12). Sekitar 100an orang aktivis dari berbagai angkatan berkumpul, mulai dari angkatan ’66, ’74, ’77/78, ’80, ’98, dan 2000an. Pertemuan tersebut merupakan refleksi akhir tahun terhadap Reformasi hingga tahun 2022 ini. Dari pembicaraan tersebut disimpulkan bahwa Reformasi di era Jokowi mengalami deformasi yang jauh dari amanah Reformasi di tahun '98.
Ketua Penyelenggara Pertemuan Refleksi Akhir Tahun JALA menegaskan bahwa:
"Reformasi yang sejak awal gagal mengagendakan perubahan kini justru telah menjadi deformasi atau proses penghancuran sendi-sendi ketatanegaraan".
In'am Mustofa
REZIM PENCITRAAN
Tokoh aktivis 77/78 S Indro Tjahyono yang menjadi tuan rumah dalam acara tersebut mengatakan bahwa hal ini bisa terjadi karena setiap rezim yang tampil pasca Reformasi berhasil membohongi masyarakat melalui pencitraan, propaganda hiperbolik dan pemutarbalikan fakta. Di lain pihak, lanjut dia, kekuatan kritis masyarakat berhasil dibuat tidak berdaya melalui peninaboboan serta aksi represi menggunakan alasan hukum dan persenjataan. Masyarakat kini hanya mampu menggunakan media sosial untuk melakukan perlawanan yang itupun dihadang oleh Undang-Undang ITE.
“Perlawanan melalui medsos sebenarnya bukanlah perlawanan sebenarnya karena merupakan wujud kekalahan dan bisa menjadi alat kompromi terhadap lawan, forum sepakat agar masturbasi politik kelas menengah ini harus dihentikan,"
Indro Tjahyono
Ia juga mengajak kita mengenang kembali syair WS Rendra yang menyatakan bahwa, "Hakekatnya perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata". Ia mengatakan refleksi secara fundamental terhadap kebijakan yang dilaksanakan pemerintah adalah bahwa saat ini visi Trisakti dalam Reformasi sudah dikesampingkan. Tidak lagi ada prinsip berdaulat di dalam Politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
"Sedangkan enam visi reformasi juga telah dilupakan, antara lain pengakkan supremasi hukum, pemberantasan KKN, penegakan budaya demokrasi yang rasional dan egaliter," kata Indro.
MERESPON KRISIS EKONOMI DAN POLITIK
Jumhur Hidayat aktivis yang sekarnag menjadi Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) menyepakati bahwa yang kita butuhkan adalah platform dan strategi perjuangan yang aktual. Krisis politik dan ekonomi sudah di depan mata, dan pertemuan ini harus menyusun resolusi dan peta jalan (roadmap) dengan segera.
"Semua tokoh reformasi di daerah-daerah harus kita konsolidasi karena visi dan misi reformasi telah dipecundangi,"
Jumhur Hidayat
Tenry aktivis muda '98, yang hadir pada acara refleksi Reformasi mengajak semua untuk memilih salah satu opsi, apakah kita sepakat pada "pergantian rezim" saja atau "perubahan sistem" secara menyeluruh.
"Setiap opsi punya konsekuensi strategis berbeda, kalau saat ini mayoritas peserta memilih 'perubahan sistem' artinya kita butuh gerakan nasional untuk lakukan revolusi sistemik,"
Tenry
Paskah Irianto, aktivis Reformasi dari Bandung pun menegaskan apabila memang pilihannya seperti itu maka yang kita butuhkan adalah keberanian melakukan perlawanan.
"Tinggal kita semua mengefektifkan fungsi Jaringan Aktivis Lintas Angkatan (JALA) di daerah untuk mengkonsolidasi tokoh-tokoh Reformasi daerah untuk bersikap dan bergerak merespon penyelewengan atas visi dan misi reformasi yang terjadi. Penyelewengan ini harus segera direspon sebelum negara benar-benar gagal dan alami kebangkrutan,"
Paskah
RESOLUSI DAN RENCANA AKSI UNTUK REFORMASI LAGI
Feby Lintang, perempuan militan aktivis di era '98 yang hadir di pertemuan itu menegaskan bahwa KKN sudah lebih dahsyat dan terang-terangan apabila dibandingkan hari ini dengan masa Orde Baru.
"Anak, Mantu, Ipar Presiden diberi kedudukan sebagai pejabat negara. Nepotisme dilakukan tanpa rasa malu dan risih sedikit pun, ini semua menuntut reformasi dibangkitkan kembali,"
Feby
Dari pertemuan refleksi ini menyimpulkan perlunya pertemuan lanjutan untuk merumuskan resolusi dan rencana aksi ke depan sebagai tindak lanjut untuk mewujudkan perubahan.